Selasa, 24 Oktober 2017

Antre, Budaya Sekolahku



Antre menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah berdiri berderet-deret memanjang menunggu untuk mendapat giliran (membeli karcis, mengambil ransum, membeli bensin dan lain sebagainya). Antre, dua suku kata yang mudah sekali diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan. Untuk bisa terbiasa mengantre seseorang harus melalui tahap latihan yang terus-menerus, sehingga apa yang dilakukan terekam dan reflek untuk dilakukan.
Coba kita perhatikan ketika kita berada di pasar atau di swalayan. Kenapa jalan ke menuju ke kasir hanya diberi jarak cukup untuk 1 orang? Jawabannya tak lain adalah supaya orang-orang terbiasa dengan antre.
Antre, satu kata yang bisa menciptakan karakter-karakter berikutnya. Antara lain, Sabar. Orang yang mampu antre dalam kondisi apapun bisa kita lihat kesabarannya. Menghargai. Orang yang bisa menghargai orang lain, tidak egois, mampu menciptakan kondisi yang nyaman bagi dirinya dan juga orang lain.
SD Islam Aisyiyah Jatinom Kabupaten Blitar Jawa timur. Tepatnya berada di selatan Yonif 511 (Badak Hitam) mencoba menggali karakter-karakter peserta didik salah satunya dengan membudayakan antre dalam hal apapun, termasuk makan. Lapar yang melilit bukanlah rintangan untuk melakukan antre.  Kegiatan semacam ini menjadi bagian dari kegiatan literasi yaitu pemecahan masalah. pembiasaan-pembiasaan yang baik harus terus ditumbuhkan, bukan dibunuh dengan kemajuan teknologi. Justru teknologi yang semakin canggih harus dijadikan teman dalam membangun karakter peserta didik.
Ini 1 budaya sekolahku, mana budayamu?

Blitar, 24 Okt 2017
15.00 WIB

Senin, 23 Oktober 2017

Negeri Kewajiban

Selalu kewajiban
Tak lepas dari kewajiban
Wajib, wajib dan wajib
Kewajiban, kewajiban lalu kewajiban

Tak pernah lupa
Tak pernah berakhir
Terus mengalir disetiap tetes darah
Terus tertunai

Ini negeri kewajiban
Ini negeri pemegang kewajiban

Hak tak tertunai
Hak terabaikan
Hak bukan kewajiban

Blitar, 24102017

Stasiun Lempuyangan

Jika Blitar terbuat dari tetesan-tetesan darah para pejuang, maka Jogja tercipta dari sejuta kerinduan. Kerinduan pada keramahan...