Rabu, 08 November 2017

HUTANG

Jangan kau remehkan hutang
Yang tak pernah menampakkan hidung belang
Duduklah denganku sembari menenggak secangkir kopi
Bercerita pasir putih dan laut yang terbebas dari derai mimpi
Ooo inikah rasanya hutang, itu kata kau saat menepi
Aromanya sudah hampir sampai pada kutang tak bertali

Ooo inikah rasanya hutang
Menjelma jadi jalan-jalan kayang
tak terhitung lagi jumlahnya
Kian menumpuk saja di pinggir-pinggir beton

Lupakah kau pada anak-anakmu nanti
dengan apa mereka menyepakatinya
Tanah
ataukah dengan kutang tak berharga

Tataplah di ujung barat sana
senja sudah mulai muncul, dan kau masih saja memikul
Aku terlalu khawatir denganmu
dengan punggungmu yang tak lagi tegap seperti dulu
Dengan tanda-tangan jemarimu
Ah...Aku hanya terlalu khawatir saja
Kalau kau tak sanggup
Kembalilah padaku
Di sini, di balik pagar tanpa tiang
Tanpa hutang

09.11.17

Tidak ada komentar:

Stasiun Lempuyangan

Jika Blitar terbuat dari tetesan-tetesan darah para pejuang, maka Jogja tercipta dari sejuta kerinduan. Kerinduan pada keramahan...