Selasa, 05 Maret 2019

Bagaimana membawa peserta didik memiliki budaya literasi? serta bagaimana terlepas dari "Judge" yang telah melabeli di seluruh tubuh negeri tercinta ini?
Sebuah pertanyaan yang harus dipecahkan oleh seluruh lapisan masyarakat di negeri ini. Percaya atau tidak kalian, iya kalian, keterlibatanmu benar-benar dibutuhkan. Karena literasi ini melibatkan serangkaian pembelajaran yang memungkinkan individu mencapai tujuannya tanpa menghilangkan diri sebagai makhluk sosial. 
Dalam arti lain literasi ini harus mampu membuat masing-masing individu mengalami perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Dengan berbagai upaya pelibatan seluruhnya diharapkan mampu menumbuhkan gerakan literasi. 
sekarang ini literasi di Indonesia masih sebatas hiburan dan sekedar mencari informasi bukan sebagai kebutuhan yang melekat dan mengikat. Katakan masyarakat yang melek media misalnya, mereka tidak dapat diartikan masyarakat yang paham tujuan literasi. Mengapa? Karena masyarakat semacam itu tidak bisa dijadikan indikator untuk masyarakat yang literat (masyarakat yang berbudaya literasi).
Sebaliknya melek media/ gadget bisa dijadikan modal dasar menjadi masyarakat literat.
Kedua, tingginya harga buku juga menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat. Di tambah lagi ada beberapa penulis yang memproklamirkan berhenti menulis buku. Hal itu bukan tanpa sebab, tingginya harga buku karena pajak buku juga tinggi berbanding terbalik dengan penghasilan dari menulis itu sendiri.
Ketiga, rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menjadi pemegang kekuasaan buku itu laku dan tidaknya. pasalnya minat membeli buku jauh lebih rendah dibanding minat membeli kebutuhan pokok dan sekunder. sementara buku menjadi kebutuhan barang mewah saja. dan ini pula yang membpengaruhi tingkat tinggi rendahnya minat baca masyarakat.
Bagi peserta didik

Tidak ada komentar:

Stasiun Lempuyangan

Jika Blitar terbuat dari tetesan-tetesan darah para pejuang, maka Jogja tercipta dari sejuta kerinduan. Kerinduan pada keramahan...