Senin, 07 Oktober 2019

Aku dalam Drama

kemarin ia tekuni menjadi seorang sutradara. wajah yang beringas, disertai teriakan yang menggelegar menemani para artis yuniornya. ia tak perlu melangkah untuk memanggil para artis yunior itu. cukup dengan hitungan 1,2 dan 3. Sebelumnya malah hanya dengan jari telunjuk, tengah lalu kelingking. Dan semua sudah berbondong-bondong datang menghampiri. Seraya mencari induk semangnya.

lain kali ia menjelma menjadi patung yang tak berkutik. berjam-jam menatap lalu-lalang di sepanjang jl. Ahmad Yani. Suara deru dan kepulan asap tak menjadi  kabur pandangannya. Ia masih saja menanti sebuah jawaban yang tak pernah datang.

Dan hari ini ia kembali menjadi seorang guru. Berkisah tentang Mahabarata dan kecerdikan Sengkuni. Nanar matanya menatap satu persatu siswanya. Meneliti adakah sengkuni di sisinya. Ia khawatir jikalau Kurawa bersandar dalam jiwa jiwa suci yang masih dini.

Tidak ada komentar:

Stasiun Lempuyangan

Jika Blitar terbuat dari tetesan-tetesan darah para pejuang, maka Jogja tercipta dari sejuta kerinduan. Kerinduan pada keramahan...